Jamu, Jamu bagiku sudah menjadi bagian hidupku, terutama pada Ibuku. Bagaimana tidak, setiap hari Ibu selalu mengkonsumsi jamu. Ibu memiliki riwayat sakit darah tinggi, kata dokter darah tinggi yang di derita ibu juga di sebabkan oleh faktor keturunan, tepatnya kakek yang pernah menderita sakit stroke. Semenjak Ibu berkonsultasi pada Bidan Desa atau saat pergi ke puskesmas, Ibu selalu mendapat obat yang memiliki efek samping yang sama, yaitu jantung berdebar dengan kencang atau merasa deg-degan. Akhirnya Ibu lebih memilih untuk menkonsumsi jamu tradisional yang dibuatnya sendiri.Sehingga obat yang di dapat dari puskesmas di rumah menumpuk karena hanya sekali di minum bahkan ada yang sama sekali tidak di minum. Alhasil Ibu pergi ke puskesmas hanya untuk mengecek tensi darahnya saja.
Jamu yang sering Ibu buat adalah mulai dari buah mengkudu, daun belilmbing wuluh, mahkota dewa, hingga bawang putih jantan/tunggal.
 |
Ibu sedang menyaring Jamu yang di buatnya |
Dulu sewaktu aku masih SD buah mengkudu mudah di dapat sehingga Ibu membuat ramuan Jamu darah tinggi dengan menggunakan buah mengkudu. Bahan-bahan yang di gunakan Ibu hanya menggunakan 2-3 buah mengkudu, 1 ruas jari kunyit, asam jawa secukupnya, gula merah (Sesuai selera) dan air 2 gelas (Tetapi Ibu biasanya menggunakan 4 gelas untuk di minum sore hari). Bahan-bahan tersebut di potong kecil-kecil, kemudian di rebus hingga menjadi airnya menjadi setengahnya. Ibu biasanya meminumnya pagi dan sore hari.
Setelah itu Ibu tidak mengkonsumsi jamu dari buah mengkudu lagi akibat pohon mengkudu tetangga di tebang. Tetapi beberapa hari ini Ibu mengkonsumsi jamu ini lagi karena ada tetangga yang menanam pohon mengkudu ini dan telah berbuah banyak.
 |
Bahan-bahan yang digunakan untuk jamu |
 |
Bahan-bahan yang di rebus |
Setelah pohon mengkudu tetangga di tebang Ibu beralih menggunakan daun belimbing wuluh. Kebetulan di rumah juga menanam belimbing wuluh. Seingatku bahan-bahan yang di gunakan untuk membuat jamu ini hampir sama dengan jamu menggunakan bahan buah mengkudu. Hanya bahan utamanya yang di ganti oleh Ibu yaitu buah mengkudu di ganti dengan daun, buah dan bunga belimbing wuluh (Jika ada) dan asam jawa sendiri tidak di gunakan oleh Ibu karena belimbing wuluh sendiri sudah asam rasanya. Akan tetapi masalah kedua muncul setelah mengkonsumsi jamu ini. Sakit Maag yang di derita Ibu menjadi Kambuh. Ternyata kandungan asam yang ada di belimbing wuluh itu membuat asam lambung Ibu naik, sehingga Ibu tidak meminumnya lagi.

Kemudian setelah Ibu tidak mengkonsumsi belimbing wuluh dan buah mengkudu, Ibu menanam tanaman mahkota dewa. Dan kebetulan pohon ini mudah berbuah. Sehingga Ibu mengeringkan buah mahkota dewa untuk di seduh dengan air panas untuk di jadikan teh oleh Ibu. Akan tetapi 2 tahun kemudian karena ada renovasi rumah dan halaman sehingga pohon mahkota dewanya dipindah. Dan tanaman mahkota dewanya mati. :( Sesekali Ibu masih membeli dipasar yang mahkota dewa yang telah di keringkan.
Mungkin Ibu memang tergolong orang yang suka coba-coba. Setelah pohon mahkota dewa mati. Ada tetangga yang bilang untuk menggunakan daun seledri. Daun seledri di blender kemudian di saring dan di beri tambahan madu. Ya meskipun Ibu tidak suka rasanya dan hanya bertahan selama seminggu, tetapi karena daun seledri memiliki khasiat juga jadi Ibu menanamnya di kebun samping rumah.

Setelah sekian banyak jamu yang di konsumsi Ibu untuk menurunkan darah tingginya, ada sebuah informasi dari pedagang bawang yang biasanya datang setiap seminggu sekali. Informasi yang didapat adalah jika bawang putih jantan atau tunggal dapat menurunkan tekanan darah. Bahkan aku juga mendengar orang Korea jarang ada yang sakit jantung karena sering mengkonsumsi bawang putih. Maksud dari bawang putih jantan atau tunggal adalah bawang putih tersebut tidak beranak atau berkembang biak ketika di tanam. Sejak saat itulah jika Ibu merasa tensi darahnya tinggi, Ibu akan mengkonsumsi bawang putih tunggal. Sesekali Ibu juga membuat jamu dari mengkudu jika pohon mengkudu tetangga berbuah.
 |
Bawang putih tunggal |
 |
Perbedaan antara bawang putih bisa, bawah putih tunggal dan bawang merah |

Ini adalah pengalaman Ibuku, ya memang hanya Ibu yang menjadi penggemar jamu di rumah, tapi bukan berarti Ibu tidak mengajak anaknya juga untuk minum jamu. Misalnya aku, aku tidak terlalu suka minum jamu, apalagi jika jamu itu rasanya pahit hehehe. Tetapi Ibu membiasakan anggota keluarga untuk minum jamu walaupun tidak setiap hari. Misalnya dengan minum jamu Sinom. Ibu sering sekali membuat minuman ini di rumah. Apalagi saat cuaca panas dan kebetulan juga di rumah juga ada pohon asam jawa. Jika daun asam jawanya banyak, Ibu akan memotongnya dan menjadikannya sebagai simom. Daun Sinom di campur dengan kunyit serta di campur dengan gula sesuai selera, kemudian di rebus. Rasanya asam-asam segar. Mungkin untuk jamu yang satu ini pengecualian, karena rasanya enak.
Tulisan ini di tujukan untuk mengikuti lomba menulis artikel jamu di blog 2014 dalam rangka Dies Natalis PSB ke-16
Daftar Pustaka:
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection,
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal,